cerita ceriti,  my world,  Self reminder

5 Fakta Tentang Aini

 

Masih dalam rangka #BPN30daysChallenge2018, walau tidak bisa ikut semua tapi sepertinya asyik juga memilih beberapa tema yang menarik untuk kubahas. Jadi ada saja yang akan dijadikan tulisan. Contohnya tema kali ini yang aku beri judul 5 Fakta Tentang Aini. Ini adalah murni versi diriku sendiri, walau aku percaya yang dikatakan Ali bin Abi Thalib ra., “Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu, karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membencimu tidak akan mempercayainya.”

Sekali ini ya murni bersebab iseng dan hujan yang seharian turun kemarin membuatku menuliskan draft ini, bagaimana kalau kita lanjutkan saja? Yuk, ah!

 

  1. Aini si Penikmat Hujan

Bagi pribadi-pribadi melankolis, hujan memiliki tempat tersendiri di hati. Ada yang mengaku pecandu hujan, penggila hujan, penunggu hujan, apalah.. apalah… lagi. Hujan bagiku bukan sekadar aroma  petrichor yang menguar sesaat setelah titik-titiknya jatuh ke tanah gersang, tapi hujan adalah tentang irama alam yang mengentak lembut tak kentara. Seberapa penting agenda hari itu boleh saja ditunda karena hujan. Rasa gerah lenyap digantikan kesejukan. Alam sedang bernyanyi menghibur hati, itulah arti hujan bagi seorang Aini. Jadi, seringkali ketika hujan tengah malam, aku sering terjaga dan mencoba menikmati suara dan suasana hujan. Pernah suatu ketika Aini kecil berpikir, apa jadinya kalau hujan tidak ada?

 

Salah satu yang kusukai ketika kecil adalah mandi air hujan, bermain kejar-kejaran bersama sepupu-sepupuku di pekarangan rumah. Semakin dingin semakin seru. Kalau uap dingin keluar dari mulut kami seperti asap, semakin kami bersemangat. Pada hujan ada kenangan, gelak tawa, rasa girang, dan bahagia yang tumpah ruah. Pada hujan juga sering kesedihan larut bersama air mata yang tumpah disaput tempias hujan.

 

Lalu pertanyaannya, apakah Aini itu seorang melankolis? Entahlah.

 

  1. Aini yang menyukai bening mata anak-anak

Salah satu hal indah di dunia ini adalah sepasang mata bening milik anak-anak. Mata mereka seperti cermin hati, barangkali karena masih suci, mata anak-anak seringkali sejuk dipandang. Anak yang belum menanggung dosa adalah tampilan fitrah manusia apa adanya. Aku sangat suka berlama-lama menatap atau berbicara dengan tatapan mata kepada anak kecil sejak dulu.  Bagiku menatap mata anak-anak mengurai banyak lelah, kelebat pikiran tak penting yang sering singgah menjadi candaan renyah berupa, ‘halo, kok begitu saja kamu susah? Ayolah, let it go….’ intinya tenggelam dalam tatapan bening itu sangat menenangkan.

 

  1. Aini itu menyukai biru sebagaimana ia suka tenggelam dalam bening mata anak-anak

Entah ada hubungannya antara tak bisa berenang dan tak bisa terbang dengan warna biru? Jadi ingin ketawa, hahaha… benar, aku tidak bisa berenang hingga kini, tapi aku sangat menyukai langit, laut, dan rada terobsesi dengan warna biru. Hingga ada beberapa orang yang kenal lebih memutuskan untuk tidak membiarkanku memberikan pendapat untuk pilihan-pilihan pribadinya. Misal adikku sedang bingung memilih di antara beberapa pakaian yang akan dibelinya, maka nanti aku akan menunjuk warna biru. Lalu ia butuh saran kali ini untuk membeli tas, maka aku akan menyarankan yang biru. Akhirnya aku dibutakan oleh biru dan biru. Apa saja kalau biru tiba-tiba menjadi sangat bagus dan elegan. Halah!

 

  1. Sebenarnya Aini seorang disleksik yang bisa menggambar

Sebagai individu disleksik yang unik, aku juga bisa menggambar. Tentu saja bakat ini sudah terlihat sejak kecil, tapi zamanku dulu itu bukan hal yang terlalu penting. Menggambar bukan sebuah masa depan. Sekarang setelah aku jadi ibu dan belajar di kelas-kelas menulis, salah satunya menulis cerita anak, aku cukup terkejut-kejut dengan tarif untuk seorang ilustrator. Jadi pernah aku nekat membuat ilustrasi untuk tulisanku sendiri, kalau nanti bukunya jadi terbit, aku bakalan kasih kabar lagi, ya!

 

  1. Aini bukan tipikal introvert, tapi…

Aku bukanlah tipe perempuan introvert, tapi aku tidak pernah sembarangan berbagi sesuatu yang privasi. Kalau hadir dalam sebuah pertemuan atau komunitas, aku bisa saja diklaim sangat pendiam. Betul. Duduk di tempat yang tidak terlalu menarik perhatian dan mengamati sekitar adalah hal yang pertama aku lakukan.  Membaca situasi menjadi agenda penting dan utama. Aku tidak merasa sulit beradaptasi dengan lingkungan baru atau tempat yang dikelilingi oleh orang-orang baru. Aku merasa biasa saja, supel, dan fleksibel.

 

Naah, itu dia lima fakta tentang diriku. Terima kasih sudah membacanya hingga tuntas. Keep in touch, see you next post!

Seorang ibu disleksik yang senang membacakan buku untuk anak-anaknya: Akib, Biyya, Faza, dan Kareem. Pencinta bahasa Indonesia. Bisa dihubungi melalui surel medicus_84@yahoo.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *