Ini seperti ujian setelah teori-teori selesai dipaparkan. Aku sendiri rada bingung akan memulai dari mana ketika sampai pada materi Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini. Teringat bagaimana khidmatnya saat aku mengikuti seminar Teh Patra beberapa bulan silam, tapi susahnya bukan main untuk menerapkannya di rumah.
Dua hari lalu, tanggal 25 Juni, aku juga sempat mendengarkan kuliah dari Pak Adnan Ganto mengenai Literasi Keuangan dan Perbankan. Di sana dibahas mengenai mulai krisis ekonomi dunia, krisis keuangan Asia, upaya mengatasinya serta prospek perbankan syariah, hingga opsi investasi yang paling menguntungkan.

Tiba-tiba aku melek dan tercerahkan dengan pernyataan Pak Adnan mengenai pentingnya uang. Seperti kita yang memiliki SDA luar biasa, tapi tak mampu mengambilnya karena tak punya uang. Amerika tak segan membayar NASA untuk memotret titik-titik lokasi yang memiliki SDA potensial dan kemudian mengeluarkan sejumlah uang untuk mengeruknya. Lalu kita bisa apa?
Ah, bayangkan! Kurasa anak-anak kita memang seharusnya didik cerdas finansial seperti Pak Adnan Ganto! Presentasi singkat yang sungguh mencerahkan itu, tak bisa kujabarkan singkat di sini. Benar-benar mencengangkan dan membangunkanku dari tidur panjang. Tak peduli tentang pengelolaan keuangan. Merepotkan!
Memang tak ada kata terlambat untuk belajar dan memulai lagi. Aku bukan tak mengerti kenapa ini sulit. Pertama, karena aku diskalkulia. Selama ini bendahara keluarga adalah suamiku, aku tidak mengatur kas besar keluarga yang dulu awal menikah pernah ditawarkan suami. Dengan usia pernikahan yang menjelang tiga belas tahun seperti ini, memang agak telat rasanya, tapi lebih baik daripada sama sekali tidak dicoba.
Kedua, tentu saja aku masih gamang mengajari anak untuk cerdas finansial sementara aku sendiri belum mumpuni mengelola keuangan keluarga.
Ketiga, manajemen waktuku masih kacau. Sebagaimana bingung angka, individu disleksia dengan spesifikasi diskalkulia juga sangat bingung mengenai waktu dan hal apa yang harus diprioritakan. Skuensi, orientasi, prioritas, dan kerja-kerja eksekutif otak lainnya butuh empat kali lebih keras daripada orang lain.
Saat ini aku menginsafi sepenuhnya—meminjam diksi Buya Hamka dalam fiksi-fiksinya—memahamkan uang adalah bagian dari rejeki yang diberikan Allah harus dimulai dari ibu. Bagaimana membedakan keinginan dan kebutuhan, ibu harus jadi teladan yang baik dalam hal ini. Seperti tema materi kali ini, “Rejeki itu Pasti, Kemuliaan yang Dicari”. Inilah waktunya bagiku learning by teaching, dengan teman-teman seperjuangan dan fasilitator Institut Ibu Profesional yang siap membantu kapan saja, insyaallah.
Kami akan memulainya dengan memberi pemahaman kepada anak bahwa rejeki datang dari Sang Maha Pemberi Rejeki. Rejeki itu luas, mulai dari kesehatan, udara yang kita hirup, keluarga yang hangat, dan uang adalah sebahagian kecilnya saja.
Aku dan suami mengambil waktu sejenak duduk berdua. Mengumpulkan materi-materi yang ada dan membahasnya bersama. Ini bukan pertama kali, dulu saat Akib terapi, kami juga sudah mulai mengajarkan cara mengelola uang kepada Akib dan Biyya, tapi karena ketidakkonsistenan kami harus mengulangnya dari awal.

Buku Make it Happen yang ditulis Prita Hapsari Ghozie sangat memudahkan aku yang disleksik ini. “Inilah yang Ayah ajarkan ke Bunda kemarin, tapi susah karena Ayah nggak bikin tabel dan detail gini. Buku ini memang cocok untuk disleksik,” kata suamiku dengan gaya ala endorser yang sukses membuatku geram. Baiklah!

Kami membahas beberapa bab dan suamiku memberitahu, tepatnya mengulang apa-apa saja investasi yang sudah pernah dicobanya dan mana yang masih berlanjut hingga hari ini. Lalu penawaran investasi untukku pribadi yang kali ini harus harus kupelajari ulang.
Tahap-tahap yang harus kami jalani akan sangat tergantung pada buku pegangan kami kali ini. Prita Hapsari Ghozie, dalam bukunya Make it Happen! Menyebutkan ada enam tahap merencanakan keuangan. Pertama, tuliskan apa mimpimu. Defisnisikan setiap mimpimu tersebut, apa mimpinya, berapa biayanya, kapan jatuh temponya, bagaimana strategi mencapainya.
Kedua, hitung kebutuhan dana. Setelah menetapkan apa saja yang menjadi tujuan kita, langkah berikutnya adalah membuat tulisan berupa angka-angka—aduhai, di sini akan struggling bagiku—ketiga, menyusun strategi sesuai rencana. Keempat, pahami berbagai produk finansial. Kelima, implementasi rencana keuangan. Keenam, monitor dan evaluasi. Setelah menjalankan action plan, langkah berikutnya evaluasi secara berkala. Buku tersebut juga dilengkapi dengan bonus peta Perencanaan Keuangan yang dapat kita hitung untuk diri sendiri.
Semoga bisa kami laksanakan setahap demi setahap dan selalu diberikan Allah ketetapan hati. Bagi yang belum berkeluarga dan membaca tulisanku ini, selain buku Marie Kondo, buku-buku Prita Hapsari Ghozie akan sangat membantu kalian mewujudkan sehidup sesurga dengan pasangan anda. Ecieee…

Demikian. Doakan kami, ya!
#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
One Comment
Arina
Bermanfaat sekali akaaak :D. jadi pingin cari juga buku Make it Happen