Suasana kampung halaman mengingatkan banyak hal, salah satunya kebiasaanku dulu tenggelam dalam bacaan-bacaan fiksi berbau misteri. Aku tidak ingat persis kapan aku menyukai genre bacaan semacam ini, karena hingga hari ini genre fiksi kriminal belum mampu mewarnai tulisan-tulisanku. Untuk menghasilkan suspence yang baik dalam cerita roman saja rasanya aku belum mampu.
Saat kelas tiga SD aku mulai suka membaca komik, tahun berikutnya komik tak lagi cukup melepaskan dahaga baca, terlalu lekas tamat. Walau sampai menikah aku masih tidak bisa menghilangkan kebiasaan hunting komik milik pengarang yang iseng seperti Suzue Miuchi atau Aoyama Gosho yang sukses memenjaraku dalam rasa penasaran tiada habis. Dari SD sampai hari ini, serial yang dibuatya belum juga tuntas.
Baiklah, jangan terdistraksi, kita tadi memulai dengan cerita fiksi kriminal. Aku menyukai tulisan Enid Blyton yang diterjemahkan dengan judul Pasukan Mau Tahu. Judulnya bisa bikin ilfeel tapi memang begitu adanya. Lima Sekawan juga buku-buku karangan Enid Blyton, tapi aku lebih senang mengoleksi Pasukan Mau Tahu dengan si Fatty tokoh sentralnya.
Alfred Hitchcock dan Trio Detektif yang ditulis Robert Arthur, Jr. juga pernah menjadi favorit, tapi aku hanya menumpang baca milik sepupu, barangkali karena hampir semua seri dimilikinya, aku tak lagi punya minat membeli, lebih baik uang yang ada dibelikan seri buku lainnya.
Lalu, kapan aku mulai membaca buku-buku Sir Arthur Conan Doyle? Barangkali bersamaan dengan saat buku-buku Agatha Chrishtie menarik minatku ketika duduk di bangku Aliyah. Sebelum membaca buku Agatha Christie, di usia sekitar sembilan tahun, tak sengaja aku menemukan booklet di sebuah majalah wanita milik bibiku, sebuah otobiografi Agatha Christie.
Tak ada yang lebih nikmat selain membaca sebuah otobiografi seorang penulis yang ditulisnya sendiri. Hingga di usia tiga puluh tahun, aku masih terkenang tentang booklet itu. Agatha Christie yang pernah bekerja sebagai apoteker membuat ia memahami farmakologi sebaik memahami dirinya. Ia yang dijuluki Sang Ratu Kejahatan seringkali membubuhkan racun penasaran dengan adegan-adegan menegangkan saat korban mati karena racun. Dari tulisan itu juga aku sangat terkesan dengan seorang arkeolog, katanya dicintai oleh sang Suami yang seorang arkeolog sangat membahagiakan, semakin tua, maka semakin berharga kita di matanya.

Buku-buku Sir Arthur Conan Doyle yang kumiliki adalah serial detektif Sherlock Holmes. Memang ia besar bersama detektif nyentrik ini, kan? Aku sempat membeli dua kali seluruh serialnya karena yang pertama dipinjam dan tidak pernah dikembalikan, aku sama sekali tak bisa mengingat dan melacak jejaknya. Di antara semua serial Sherlock Holmes aku menyukai Lima Butir Biji Jeruk dan Gambar Orang Menari.
Detektif fiksi ini berhasil menyedot perhatian seluruh dunia dengan jumlah penggemar fanatiknya yang fenomenal. Bahkan di Inggris sendiri berdiri sebuah museum di Baker Street 221 B, sebuah kamar kost yang ditempati Holmes dalam cerita-cerita yang ditulis oleh Conan Doyle yang kemudian diwujudkan dalam bangunan nyata.
Seorang temanku yang sedang menempuh studi di UK pernah berpose di depan museum tersebut dan berhasil membuatku envy. Suatu hari aku ingin ke sana juga, impianku sejak lama. Memang terdengar konyol dan kekanakan, tapi hingga saat ini impian itu sama kuatnya dengan dulu.
Aku belum bisa menjawab kenapa penulis-penulis fenomenal yang karyanya tetap saja diburu hingga ke anak-anakku kini, berasal dari Inggris? Seperti ketiga penulis yang kusebut di atas, lalu William Shakespeare dan Jane Austen juga berasal dari Inggris. Apakah karena buku fisik yang memang karib dengan anak-anak bangsawan Inggris sejak abad ke-19?
Ingatanku mengabur tentang booklet otobiografi Agatha Christie, itu sudah sekitar 25 tahun yang lalu tapi aku sempat berimajinasi Agatha kecil dalam pangkuan kakeknya sedang dibacakan buku di sebuah ruang pustaka keluarga yang rak bukunya memenuhi semua dinding ruang. Ia menyebutkan hal itu dalam tulisannya dan khayalanku memvisualisasikan gambar itu dengan cukup jelas, hingga aku bisa kembali me-recall-nya hari ini.
Aku belum membaca seluruh serial pencipta tokoh Hercule Poirot dan Miss Marple ini, Agatha Christie menulis lebih dari tuhuh puluhan novel fiksi kriminal yang terjual lebih dari satu miliar dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke 45 bahasa lainnya. Ia juga menulis fiksi roman dengan nama pena Mary Westmacott.
Aku belum pernah membaca novel-novel yang ditulis dengan pseudonym Mary Westmacott, barangkali bisa dimasukkan ke keranjang list bulan ini, tentu menarik menenggelamkan diri dengan bacaan-bacaan klasik manakala rutinitas akan kembali menjerat hari-hari.
Kalau kamu, berencana membaca buku apa bulan depan?