Assalamu’alaikum Eun Yud.
Tema Nice Homework dari kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional hari ini adalah membuat surat cinta untuk suami. Hah? Surat cinta kenapa prolognya seperti ini? Yap! Tak mengapa kan, ya? Ada beberapa alasan kenapa Aini segamblang ini, Eun Yud. Satu, karena mengikuti kelas matrikulasi ini adalah keinginan Aini yang didukung oleh suami. Suami Aini… kamu, ya Eun Yud. Jadi walaupun Aini akan buka dengan cara seromantis apapun, seformal apapun, yang terbaik adalah terbuka untuk saat ini. Aini sama sekali tidak berpura-pura melankolis kali ini dan kemudain menulis surat untuk kamu. Walau pada akhirnya nanti seiring tuts kibor ini terus diketuk, perasaan ini akan kembali tiba. Hari dimana Aini rutin menulis surat seperti minum obat. Bisa lebih tiga kali sehari. Temali itulah yang mengaitkan komunikasi kita yang terindikasi memiliki ketidakluwesan secara verbal, Eun Yud. Ya… kita memang begitu kan saat itu? Seiring waktu dan saling mengenal secara keseluruhan, menajamkan insting dan indra, menjadi pribadi pembelajar saat nafas masih dikandung badan, kemudian ini membuat kita lebih luwes satu sama lain secara verbal.
Baiklah Eun Yud… here we are. Sejak bergulirnya waktu dan kita pertama sekali diamanahkan Akib, ia gemar dan teramat ahli melipat waktu. Kini si sulung melewati satu dekade. Di tahun pertamanya kita belajar saling menyapa “Ayah-Bunda” untuk membiasakan diri dan sebagai self reminder juga bahwa kita bukan lagi anak-anak melainkan orangtuanya anak-anak, hal ini terkait dengan pembenahan diri yang harusnya makin kita tingkatkan. Walau sehari-hari Aini memanggil Eun Yud ‘Ayah’ saat ini, berteriak dari luar kamar mandi “Yah, sudahkah? Bunda kebelet, nih!” tapi menyapamu ‘Ayah ’ saat berduaan ataupun di surat adalah hal yang canggung bagi Aini. Tapi, ya sudahlah, akan disesuaikan dengan suasana saat lajunya aksara ini membentuk kata-kata selain untuk meyegarkan rumah tangga kita, juga ajang menempa diri Aini menjadi Bunda yang sama-sama kita idamkan, Ibu yang professional.
Setelah alasan pertama tadi, tentu ada alasan keduanya kenapa surat ini sebegitu gamblangnya. Karena ini bukan pertama sekali membuat surat untuk Eun Yud. Membuat surat adalah hobi Aini yang selalu tersalurkan selama ini. Sejak pertama sekali mengenal Eun Yud, kan? Jadi tersenyum sendiri mengingat bahwa hadiah rutin pada ulang tahun pernikahan kita adalah tulisan Aini. Jadi surat kali ini tidak romantis karena biasanya Eun Yud juga sering menerima surat semacam itu minimal setahun sekali. Aini bahagia karena Eun Yud tidak pernah memaksakan kepribadian Aini. Aini bisa jadi diri sendiri di depan Eun Yud, tetap boleh melakukan yang Aini sukai asal tidak melanggar syari’ah dan saat itu Aini selalu merasa penuh dan lengkap di samping Eun Yud. Satu dari sejuta alasan terkuat membersamai kamu. Lalu… sejak sebelum kita disatukan dalam pernikahan, dimana masa perkenalan saat itu Aini kerap melihat Eun Yud adalah pembelajar sejati yang membuat Aini bulat hati mendampingi. Benar tak ada manusia yang sempurna, tapi seorang pembelajar sejati selalu bisa memperbaiki diri kea rah yang jauh lebih baik dan lebih berarti bagi setiap orang di sisinya. Termasuk Aini dan anak-anak adalah yang beruntung telah disatukan di dunia bersama sosok pembelajar sejati. Aini kerap berdoa agar nanti kita disatukan kembali di surge-Nya. Aamiin.
Barangkali masih ada alasan ketiga kenapa surat ini tidak mengharu biru dan berbeda dari surat-surat sebelumnya yang dipenuhi dengan panggilan cinta di setiap awal paragrafnya. Berapa kosa kata panggilan sayang buat ayah anak-anak Aini ini? Sayangnya tidak didokumentasikan dengan seksama sehingga kita tidak pernah tahu ada berapa lembar ianya ketika dibuatkan dalam satu buku. Oh well, Eun Yud, barangkali karena di sini ada unsur tugas jadi barangkali aka nada yang membaca selain Eun Yud. Tapi sebenarnya masih bisa diatur kok, apakah satu orang saja yang membaca atau lebih dari satu orang. Yang pasti tidak banyak. Surat ini untuk Eun Yud, diperuntukkan tetap buat Eun Yud seorang. Tentu kamu yang paling betah membacanya. Sebagaimana betahnya membersamai hari-hari Aini. Terima kasih, ya. Hal itu belum Aini temukan sebuah kata untuk ungkapkan betapa Aini kerap rasakan bahagia saat kita bersama.
Your wife
Aini
One Comment
Eun Yud
Alhamdulillah, terima Kasih banyak Istri ku, Sayang Aini banyak-banyak.