Memasuki hari kelima, namun laporan baru kuunggah dua hari. Kalau ingin menjadi alasan dan pembenaran, sih, banyak saja. Mulai dari safar 12 jam lebih, kondisi rumah yang acakadut, maafkan ya, PakSu yang sudah bekerja keras menyelesaikan tumpukan piring dan cucian, namun kondisi rumah memang mengenaskan tanpa ibu. Hehehe…
Ditambah pula gawai yang mudah sekali panas dan hang. Yaah, sangat tidak kooperatif. Begitu sampai di rumah, ingin kurapel tiga laporan sekaligus. Kubuka ‘catatan monyet’ku di Polaris pun, tidak terselamatkan karena lupa disimpan. Akhirnya fokus pada panggilan rapat di depan mata, rapat dadakan dewan guru di DPBA sekaligus aku harus mengantarkan dua kotak titipan wali santri kepada anaknya. Isinya makanan, jadi tak mungkin lama.
Dalam ekspektasiku, aku bisa menulis laporan sambil mengikuti rapat. Toh, aku multitasker mumpuni dalam hal seperti ini. Namun realita tak seiring dengan ekspektasi. hahaha
Sekian Curcolnya, kalau tidak dihentikan bisa panjang.
Naah, apa kabar pohon literasi kami? Entah kenapa, setelah malam sebelum aku berangkat kemarin, terasa aura kevakuman membaca pada sulung dan ayahnya. Sementara aku dengan kebiasaan yang sudah-sudah, menyambi membaca beberapa lembar per hari membuat target-target buku per minggu ataupun per bulan bisa tuntas. menurutku, kalau tak pernah menyempatkan waktu, kita tak akan pernah bisa membaca apapun.
Aku senang akhirnya Biyya mengikuti saranku. Ia membaca kapan saja ada waktu luang. Waktu luangnya sangat sedikit mengingat jam terbang bermainnya sangat tinggi. Hahaha. Ia selaluu merasa kekurangan jam naik sepeda, berkunjung ke rumah Afra atau Aira, bermain kasir-kasiran dan banyak sekali permainan yang bisa mereka praktikkan saat bersama.
Biyya membaca saat di sekolah. Kebetulan buku yang ia pilih adalah kumpulan Cerpen. Hari ini ia membaca Cerpen yang berjudul “My Birthday Party”. Dia menceritakan isinya dan segala euforia yang ada di cerita mengenai kejutan sang ayah dan ibu di hari ulang tahun Dyllan. Biyya baru saja melewati hari ulang tahunnya tiga hari lalu. Seperti ada rasa ingin diperlakukan selayaknya Dyllan dalam cerita tersebut. Diundang, dibuatkan kue dan dapat kado-kado yang banyak.
Sementara aku dan suami sudah sepakat tidak ada yang istimewa saat ulang tahun. Itu hanya pertanda kalau kita beranjak besar dan harus memperbaiki diri. Sayang… tak ada kado atau sejenisnya. Ayahnya sangat keukeh dalam masalah ini.

Rasanya aku punya PR lain setelah ini, mendiskusikan apa kompensasi dari kecewanya Biyya hari itu. Walau aku sudah mempersiapkannya jauh hari mengenai ulang tahun ini, tapi agaknya tetap harus dituntaskan. Apalagi jika pemahaman belum lagi sampai ke alam bawah sadarnya.
Sebelum tidur, Biyya juga menyambung bacaannya. Ia salat isya berjamaah bersamaku dan bersiap-siap tidur sambil minta diambilkan buku KKPK Holiday in Japan yang sedang dibacanya.
Aku sendiri selalu berdecak kagum dan serasa ingin mempraktikkan 33 Strategi untuk Kelas yang Menyenangkan yang ditulis Timothy D. Walker. Jadi aku sempat duduk sejenak menuliskan ulasan untuk buku tersebut. Walau pada kenyataannya belum tuntas kubaca semua. Aku teringat mengenai editan naskah yang kutinggal lebih dari seminggu. Naskah orang lain… ah, bagaimana nasibnya. Apa yang harus kujawab jika ditagih nanti. Kuhentikan ulasan buku yang sedang kubaca, kulanjutkan membaca saja dan membuat laporan kelas Bunsay hari ini.
Semoga selanjutnya pohon kami berdaun rimbun dan kemudian ada buah yang dihasilkan, yakni buah karya dari membaca. Tentu saja tulisan-tulisan produktif, baik itu resensi buku, ataupun tulisan lain yang terisnpirasi dari hasil-hasil bacaan kami. Semoga…
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst