cerita ceriti,  disleksia,  my world,  Parenting,  Self reminder

Hm, Karena Aku Tak Ingin Sekadar Berbagi…

Kenapa Stanza Filantropi?

Bagiku dua sosok yang inspiratif dalam hidup adalah Abak dan Umak. Belajar dari ketulusan dua orang tercinta ini menjadi salah satu visi hidup. Aku jadi tidak perlu khawatir tentang banyak hal yang belum mampu kuraih, standar-standar kebahagiaan menjadi konkret dan berbeda. Aku selalu melihat telaga bening ketulusan dari keduanya, bukan pidato atau kata-kata yang runtut yang diikuti dengan dialektika penuh retorika, tapi sebuah keteladanan yang mengalir sepanjang usia. Kedua sosok filantropis mulai dari dalam hati.

Lalu stanza yang berarti sajak-sajak. Stanza filantropi adalah sajak-sajak berbagi dengan penuh ketulusan, kalian boleh mengambil apa saja yang bermanfaat di blog ini, aku mencoba menyajikan setulus hati.

Nah, postingan kali ini yang merupakan jawaban kenapa harus ‘stanza filantropi’, semoga nyambung, ya. Hehehehe…

Soalnya aku bukan juga pribadi yang terlampau serius dan seperti yang kuceritakan di postingan sebelumnya, di sini  aku menulis suka-suka dan yang bikin bahagia. Lalu kenapa judul blog-nya kok seperti serius sekali, ya? Tidak juga sebenarnya. Aku juga punya hobi mengutak-atik TTS, suka berjam-jam membolak-balik KBBI dulu, saat masih punya banyak waktu dan belum ada aplikasi KBBI di Android seperti sekarang. Aku suka membaca-baca Tesaurus di waktu senggang. Walau sekali lagi kukatakan, sekarang aku nyaris tak punya waktu senggang, hehe. Masa iya? Iya betulan! Tidak punya waktu senggang bukan berarti tidak pernah istirahat, lo. Sejak menjadi istri sekaligus ibu, aku merasa waktuku terlalu berharga untuk dikatakan senggang. Sekarang aku menyempatkan semuanya, termasuk membiasakan tetap membuka-buka KBBI dan Tesaurus tadi. Membaca dan menulis, maka wajar saja kalau aku jadi suka bereksperimen dengan gabungan kata-kata baru bagiku.

Aku seorang penyandang disleksia yang berbeda, aku menyukai kata-kata. Walau seorang disleksik sering mencoba menjauhkan dunia kata dan tulis baca, aku justru mencoba menerapi diri dengan diksi.

Stanza filantropi adalah tempat aku berbagi sekaligus menerapi diri. Aku ingin tak sekadar berbagi dan kemudian dilupakan, tapi aku juga ingin memberikan kesan. Karena itu aku menamakan rumah maya ini sajak-sajak berbagi. Di mana berbaginya kuselipkan dalam kata filantropis agar aku teringat akan satu hal, ketulusan. Lalu kutambahkan sebuah header, Aini’s Daily Journal yang menandakan ini adalah catatan-catatan harianku juga. Aku mengambil kutipan “Write a simple story but lovely” dari sahabat sekaligus adik yang sering kami panggil Adik Beruang, Ade Oktiviyari.

Semoga kamu suka ya, sajian-sajian di sini. Jangan lupa rajin-rajin berkunjung.

 

Terima kasih!

Seorang ibu disleksik yang senang membacakan buku untuk anak-anaknya: Akib, Biyya, Faza, dan Kareem. Pencinta bahasa Indonesia. Bisa dihubungi melalui surel medicus_84@yahoo.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *