my world

Menanam dan merawat benih (milik) sendiri

“He’s not a perfect boy but I proud of him anyway. I always tell my self that he has his own light as our rising star”

Bunda, otak kanan Akib berarti bekerja.” Ungkapnya di sela-sela khusyuk membaca novel anak yang baru dibelinya sore tadi.

“O, ya?” Tanyaku penasaran. Eun Yud di sebelah tertawa sambil mengedipkan mata. Apalagi kali ini, pikirnya.

“Iya. Setiap Akib baca ini, ada gambar yang bergerak di otak Akib. Padahal di buku ini, kan, semuanya tulisan. Tapi Akib bisa lihat gambarnya.” Ia menjelaskan lebih detail tentang apa yang dirasakannya.

Menurutku antara biasa saja dan unik. Barangkali karena ia memang dikenalkan buku dari pictorial book dan komik, jadi wajar kalau cukup imajinatif. Akupun bisa melakukan itu dulu dengan mudahnya. Walau sekarang membaca di sela-sela waktu, tepatnya mencuri-curi waktu membuatku tidak begitu fokus seperti dulu. Kadang aku harus membaca saat terbangun tengah malam, sambil mengemong Faza atau mengeloninya tidur, sambil menunggui mesin cuci, sambil memasak bahkan pernah untuk kondisi-kondisi tertentu. Multitasker barangkali memang buruk, tapi hanya itu yang mampu aku lakukan sekarang, atau aku tak bisa menikmati aroma lembaran kertas dari buku baru atau buku-buku lama yang sering membuatku rindu membukanya kembali. Boleh jadi aku sedang butuh untuk membuka referensi untuk sebuah keperluan. That’s what a book for.

Akib adalah tantangan dan cobaan tersendiri bagi kami. Tidak sedikit yang menghakimi, Bundanya sih, kayak gitu, makanya anaknya… tiiiit *sensor

Atau ayahnya begitu dan begini. Hm, berbagai macamlah. Ada juga yang mengaitkan profesiku sebagai dokter hewan dengan keunikan Akib. Untuk orang yang seperti itu aku hanya berdoa ia selalu diberikan anak-anak patuh yang penurut yang bisa dikendalikannya bagai televisi dengan remot kontrol di tangannya.

Laa nufarriqu nafsan illaa wus’ahaa, jadi aku berkesimpulan Allah Maha Tahu memilihkan pasangan mana yang menjadi buah hati Bunda. Aku bisa memilih pendamping hidup, tapi anak adalah pemberian Allah untuk Bunda yang sesuai. Aku bangga apapun itu, bagaimanapun Allah mempercayakan tiga buah hati untukku. Untuk kami.

Akib biasa saja bagi kami, tapi jangan terlalu berharap biasa ini dalam kerangka semua orang.

Beberapa metode memang harus melawan arus untuk menemani anak zaman sekarang. Sebagaimana ilmu parenting yang kita dapatkan tidak sepenuhnya bisa dijiplak dan diaplikasikan ke anak-anak kita, setiap pribadi anak itu unik.

Aku juga pernah dikritik mengenai meniadakan televisi di rumah, membatasi gawainya di sabtu minggu-belakangan sabtu minggu dan hanya dua jam- dan komputer bisa diakses dalam waktu tertentu dengan program Scetch up, Smooth Draw, Photoshop, dan Corel Draw. Itu di rumah. Welcome di luar rumah, silakan batasi diri sendiri. Sadar diri, Allah sebaik-baik pegangan Bunda dan Ayah. Peraturan untuk kebaikan Akib. Untuk kebaikan anak.

Nah, ketika ia sudah di luar, dalam artian saat silaturrahim ke rumah teman, saudara yang semua bebas akses, itu tergantung diri anak. Di sini kami selaku orangtua bekerja sama memberi pengertian secara kontinyu. Membuka dialog kenapa dan untuk apa ini semua kami lakukan dan bagaimana sikap anak di luar.

Lagi-lagi nanti akan ada yang berkomentar. Itulah di rumahnya nggak punya teve. Eeh, waktu lihat teve kasihan bener, matanya nggak beranjak dari layar.

Bukan tidak pernah Akib jadi tertawaan karena ia tidak bisa membedakan acara teve dengan iklan. Usianya kira-kira 4 tahun waktu itu, setiap iklan dia protes dan marah siapa yang mengganti film yang sedang ditontonnya.

Kalau ia sedikit menikmati tontonan televisi siaran anak dan begitu antusias di rumah saudara atau temannya yang lain, aku tidak pernah marah. Akib bukan orang dewasa yang terperangkap dalam tubuh anak-anak.

Jika akhirnya melihat film yang diputar bukan film yang baik, itu sudah kami diskusikan sebelumnya. Harus ada tindakan konkrit dari anak untuk beralih ke kegiatan lain. Beberapa kartun jepang yang terindikasi untuk dewasa seperti Naruto juga pernah kami diakusikan. Karena semua temannya bercerita tentang itu dan cukuplah bagi Akib untuk sekedar tahu ceritanya secara garis besar. Untuk tontonan rutin apalagi mengikuti semua serinya sudah selesai kami bahas. Akib tidak rugi kalau tidak hapal semua jurus Naruto atau semua nama tokohnya. Naruto film apa dan untuk siapa sudah selesai.

Beberapa animasi seperti Minion dan Zootopia juga tak luput dari adegan yang harus kami diskusikan. Bukan hanya multimedia, buku dan komik juga harus aku baca lebih dulu. Sejauh ini komik Conan dan Lucky Luke pernah jadi bahasan agak panjang. Kalau game itu dipersilakan Eun Yud yang membahas. Pernah ada game GTA yang sudah diberhentikan dan yang hingga kini masih ada akses Minecraft dan Stickdraw.

Kami menghargai setiap orangtua yang menganggap hal-hal kecil dan pembiasaan sejak usia dini adalah sepele. Jika berbohong kecil menjadi kebiasaan orangtua hanya untuk memudahkan urusan jangka pendek yang harus diselesaikan saat itu, kami tidak memaksakan agar ikut dengan peraturan kami, berbohong sekecil apapun, seremeh apapun dilarang. Bahkan untuk teriakkan “iiih hantuuu” “awaaas diculik orang gila, ada orang gila di luar!” “Nanti digigit kucing/anjing baru tahu rasa!” adalah larangan di rumah.

Jadi, seperti itulah kami meminta peraturan di rumah kami tidak direcoki di belakang atau di depan kami. “Makanya Akib, Bundanya suruh pasang antena teve.”

“Beli buku mahal-mahal akhirnya buat disobek juga, kan? Emang ini dibaca semua? Disuruh baca terus, bosanlah anak!”

“Ngapain anak dilarang-larang main game, masa kecilnya kan, untuk bermain. Kasihlah haknya.”

Haknya untuk mendapatkan yang terbaik. Membeli buku mahal, kami punya tips dan triknya. Selama ini insya Allah tidak pernah berutang untuk membeli buku Akib dan Biyya.

Jika kita tidak bisa bekerjasama, itu wajar. Antara aku dan kalian sudah diamanahkan pasangan anak-anak berbeda, ranah kita tak sama. Kalau melihat Akib bukan anak yang hebat dan tidak sukses menurut kalian, silakan. Siapapun berhak menilai, tapi tidak menghakimi.

Aku hanya berharap pada Allah dan berusaha terus memperbaiki diri bersama pembelajar sejati yang ada di sebelahku kini.

image“Otak kanan Akib bekerja, Nda.”:-)

Seorang ibu disleksik yang senang membacakan buku untuk anak-anaknya: Akib, Biyya, Faza, dan Kareem. Pencinta bahasa Indonesia. Bisa dihubungi melalui surel medicus_84@yahoo.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *