Angin musim gugur berembus, kurapikan mantel cokelatku sedikit terburu. Toko bakeri tempatku biasa singgah tampak sepi. Kulihat wanita itu sudah menunggu di tempat biasa dan aku menyusul duduk tepat di hadapannya.
“Maaf membuatmu menunggu…” kataku pelan sambil mengangkat tangan, meminta pramusaji mendekat.
“Tidak apa, aku terbiasa menunggu. Aku suka jeda panjang sebelum pertemuan.” Jawabnya puitis.
“Jadi, apa yang membuatmu terus memakai nama belakang Christie?” tanyaku tiba-tiba yang membuat matanya melebar dan terburu menaruh cangkir tehnya di atas tatakan.
“Hm… kau tahu bahwa ini bukan pertanyaan pertama kali bagiku,” balasnya sambil berdehem dan kemudian tertawa.
Aku tak bisa mengalihkan sedikit pun tatapanku dari sosok Ratu Kejahatan ini. Lemak dan kerutan yang bertambah di bagian wajahnya tidak pernah bisa menutupi kecantikan masa mudanya, tentu saja kemesteriusannya. Walau aku tak pernah merasa terlalu pantas gelar Ratu Kejahatan disandangkan pada sosok selembut Agatha Mary Clarissa Miller.
“Apa karena kau… terlalu mencintainya? Kau masih mencintainya dan…”
“Seberapa banyak kau ingin tahu?” sergahnya masih dengan senyum misteriusnya yang elegan. Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Kucoba membuang tatapanku ke luar jendela berbingkai besar. Kusen-kusen penyangga kaca jendela menghalangi pandanganku, hanya bagian kaca yang tak tersekat membuatku bisa mengamati pohon yang meranggas di luar.
Wallingford, Bekshirem England 1950
10 Comments
Nurul Fajri
Keren cara kakak menyampaikan ceritanya. Nuri suka
aini
Terima kasih, Nuri…
Ratna Jumpa
Wow..bagus sekali tulisannya
aini
Terima kasih Kak Ratna, sudah mampir…
Hamiyati
Mantap kak
aini
Alhamdulillah…mantap juga Amiii
baren aidar
Bahasanya indah. Saya suka
aini
Terima kasih Kak Baren…
Ria Fachria
Udah bisa jadi opening novel ni dek
aini
Berat riset setting…hahaaha… UK tahun 1950an. Buat gaya-gayaan senam jari aja, Kak.