edukasi,  lomba blog

AKSI ANAK NEGRI UNTUK PENYELAMATAN BUMI (Aksi Nyata Abdul Halim yang Membuahkan Apresiasi Astra)

Seringkali keresahan menjadi sebuah golden moment bagi beberapa individu dan menjadi sebuah panggilan aksi nyata. Begitulah agaknya yang dilakukan Abdul Halim, seorang aktivis lingkungan yang menginisiasi terbentuknya Bank Sampah Asri (BSA) Blang Asan, kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Pemuda asli Gle Putoh Kuta Blang Bireuen ini memang sudah bergiat di di LSM sebagai pelaksana program lingkungan. Halim memang kerap resah dengan perkara sampah yang dari hari ke hari semakin memprihatinkan. 

“Saya sadar, persoalan sampah akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, baik di pedesaan maupun perkotaan. Persoalan sampah akan menjadi bom waktu, bila tidak dikelola dengan baik saat ini. Karena itu, sampah harus dikelola secara mandiri, karena sampah juga menyimpan potensi ekonomi bila dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan pendapatan ekonomi bagi warga dan menyumbang pendapatan asli desa (PADes),” kata Halim menjelaskan.

Persoalan sampah semakin terasa dampaknya ketika itu, warga mulai membuang sampah di selokan dan jalan umum. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan dan tentunya membahayakan lingkungan.

sampah di selokan yang mengganggu kenyamanan

Pemindahan TPA juga sempat ditolak karena ada persoalan dengan warga mengenai lokasi TPA tersebut. Dilansir oleh serambinews.com (18/11/2019) produk sampah dari seluruh Bireuen saat itu mencapai 45 ton/hari membutuhkan tempat yang luas dan memadai. Sampah sebanyak itu mulai dari Samalanga sampai Gandapura setiap hari diangkut ke lokasi TPA.

Menurut Halim, warga mesti bertanggung jawab dengan sampahnya masing-masing sehingga bisa mengurangi timbunan sampah di TPA. Apalagi biaya pengelolaan sampah mencapai hingga 5 miliar. Nominal yang sangat fantastis. Seharusnya sampah-sampah itu bisa dikelola masyarakat.

“Memang ini kewenangan pemerintah,  tetapi sampah adalah tanggung jawab kita sendiri sebagai warga penghasil sampah,” imbuh Halim.

Gampong Blang Asan dan Anugerah Satu Indonesia Awards 2021

Krueng Peusangan, masuk dalam daerah aliran sungai (DAS) Bireuen di Provinsi Aceh.  Sebagai pegiat lingkungan sejak 2017, Abdul Halim bersama rekan-rekannya di LSM tempatnya bekerja pernah melakukan aksi penyelamatan di Sungai Peusangan yang mengakhiri bau busuk yang datang dari DAS Peusangan.

Abdul Halim tahu persis bahwa dibandingkan gampong asalnya, desa Blang Asan yang berada di pinggiran Matang Glumpang Dua yang merupakan kota persinggahan dan areanya cukup sempit sehingga warga di sana kesulitan membuang sampah. Halim akhirnya mengimplementasikan idenya di sana. Apalagi perangkat desanya cukup kooperatif, Halim turut mendorong kepala desa untuk menyediakan jasa pengelolaan sampah tingkat desa yang biasanya dikelola oleh BUMDes.

motor roda tiga hibah KLHK

Inspirasi untuk Menggagas Program 

Suatu waktu, Halim diberikan kesempatan untuk turut mendampingi DPRK Bireuen dalam kunjungan kerja di Surabaya. Saat itu Halim sebagai perwakilan LSM tempatnya bekerja ikut mengunjungi tempat pengelolaan sampah. Ini menginspirasi Abdul Halim untuk melaksanakan hal yang sama di daerahnya. Kemudian Halim giat mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai manajemen sampah.

Pada tahun 2019, Halim kemudian berencana menggagas sebuah program “Pengelolaan Sampah untuk Masa Depan Bumi” dan submit ke ASTRA, tetapi pada saat itu belum ada aksi nyata. Kemudian 2020, Halim langsung turun tangan dan mulai mendampingi pemerintahan desa di Blang Asan. Dukungan perangkat desa sangat membantu dalam mengimplementasikan ide pemilahan dan pengumpulan sampah di bank sampah serta mendaur ulang menjadi barang yang bernilai. 

Kolaborasi terus dilakukan Halim. Dampaknya di masyarakat mulai terasa, setidaknya warga sudah tidak melihat sampah di selokan lagi. Kegiatan ini pun membuka lapangan kerja bagi warga, seperti bagi warga yang mengutip sampah di Unit Usaha Desa. Proyek ini juga mendorong pemerintah desa memfasilitasi tong sampah untuk warga yang mau berpartisipasi dalam program ini. Pelatihan-pelatihan mulai dilaksanakan, bahkan berkolaborasi dengan perusahaan atau pihak perbankan. 

Di 2021, gerakan Abdul Halim semakin masif, termasuk mengedukasi melalui artikel yang dipublikasikan di mongabay.co.id dengan judul Mandiri Sampah Melalui Gerakan Pengelolaan Berbasis Desa  dan tayang 27 Februari 2021.

 

Di tahun yang sama, Abdul Halim menjadi Penerima SATU Indonesia Awards Apresiasi Tingkat Provinsi. Konsep pengelolaan sampahnya, yaitu pertama menyediakan jasa pengangkutan sampah desa. Konsep kedua, pendirian bank sampah. Ada beberapa rencana lagi, seperti daur ulang sampah menjadi barang-barang bernilai ekonomi. Halim masih berusaha agar program ini terealisasi.

“Sementara kalau sampah organik tidak bisa dikelola di Blang Asan karena terbatasnya lokasi, maka perlu melibatkan desa lainnya,” kata Halim.

Upaya agar program ini terus berlanjut adalah dengan memotivasi warga karena mereka bisa mendapatkan income dari sampah yang sudah dipilah. Cita-cita besar Abdul Halim ada pengelolaan sampah terpadu dan seluruh desa bisa terlibat dalam aktivitas ini.

Sinergisitas Program Pengelolaan Sampah untuk Masa Depan Bumi

Kolaborasi Bank Aceh Syariah cabang Bireuen dalam bentuk penyediaan tong sampah dan dengan PT Pupuk Iskandar Muda, Halim dan tim juga minta dukungan bak sampah dan pelatihan untuk ibu-ibu PKK Blang Asan. Setelah menjalankan konsep pengelolaan sampah terpadu (PST) sekitar satu tahun dengan menggunakan motor roda tiga, hibah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia melalui Dinas LHK, Blang Asan pun melakukan launching Bank Sampah Asri (BSA).

Banyak warga yang berpartisipasi di 2021. Pada Jumat 18 Desember 2021, Gampong Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen resmi meluncurkan (launching) Bank Sampah Asri di Lapangan Blang Asan.

launching Bank Sampah Asri

Dalam keterlibatan masyarakat sendiri, menurut Halim ada perbedaan terkait gender. Perempuan atau ibu-ibu tentunya lebih antusias. Halim juga bekerja sama dengan Komunitas The Power of Emak-Emak untuk menyukseskan program ini. Memang penghasil sampah terbesar juga dari kalangan perempuan terutama sampah rumah tangga. Halim mengakui memang ada perbedaan mengenai antusiasme.

Jika ditanya mengenai tantangan dan rasa jenuh, Halim mengaku, secara umum dia tidak mengeluhkan hal itu. “Namun terkadang saya merasa bahwa tidak semua orang menyadari pentingnya menjaga lingkungan dari sampah, sehingga acuh tak acuh terhadap kegiatan pemilahan sampah itu sendiri. Meskipun demikian, dukungan dari Keuchik dan perangkat desa setempat terhadap kegiatan itu sangat tinggi, sehingga saya terus menyempatkan waktu untuk meningkatkan pengetahuan warga tentang  lingkungan, kebersihan dan kesehatan masyarakat. Karena pembuangan sampah sembarangan dapat mencemarkan lingkungan dan air yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat,” jelas alumni Sosiologi Universitas Malikussaleh ini. 

sumber: Instagram pst_blangasan

Kendala di bank sampah sendiri salah satunya karena harga yang terkadang anjlok, sehingga pemilahan sampah di rumah juga menurun. Belakangan, kegiatan pemilahan dan pengangkutan ini sudah melibatkan desa lain di kota Juang, Kabupaten Bireuen, tepatnya di Dusun Gedong Teungoh, Desa Pulo Ara, Kecamatan Kota Juang, Bireuen.

Saat ditanyakan sejauh mana keterlibatan anak-anak muda dalam program pengelolaan sampah tersebut, Halim mengaku masih minim. Pernah juga dilibatkan anak muda, tetapi barangkali ada mindset bahwa sampah bukanlah urusan para intelektual muda. Seperti disebutkan sebelumnya, memang keterlibatan ibu-ibu PKK atau komunitas ibu-ibu tampak lebih aktif.

Sementara itu untuk pengelolaan media sosial sebagai sarana edukasi dan promosi pun telah dilakukan Halim karena menganggap hal tersebut juga penting. Saat ditanya kenapa publikasi mengenai aktivitas Halim sendiri sangat sedikit, Halim mengatakan bahwa apa yang dia lakukan belum luar biasa, terlebih lagi banyak sekali program yang direncanakan belum tercapai, seperti pengelolaan sampah organik dan daur ulang sampah agar bernilai ekonomi. 

Masalah sampah memang tak selesai hanya dengan memindahkan tempat pembuangan akhir dan semacamnya. Namun pengelolaan dari tingkat desa ini diharapkan menjadi salah satu solusi menyangkut keberlangsungan kehidupan di bumi untuk hari ini dan masa depan Indonesia. Semoga desa-desa lain di seluruh Aceh dan Indonesia tergerak mengaplikasikan program ini sebagai tanggung jawab masing-masing individu terhadap lingkungannya.[]

Seorang ibu disleksik yang senang membacakan buku untuk anak-anaknya: Akib, Biyya, Faza, dan Kareem. Pencinta bahasa Indonesia. Bisa dihubungi melalui surel medicus_84@yahoo.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *