my world

Tantangan Hari#1

Karena Akib, anak pertama kami yang usianya menjelang 11 tahun sedang ikut program tahfidz ramadhan dan yang kedua, Biyya paginya selalu ke Camp Ceria Ramadhan juga, tinggallah aku berdua Faza yang ketiga, bungsu ini masih berusia 2,5 tahun. Bicaranya mulai jelas dan banyak, insya Allah praktek komunikasi produktif bisa dilakukan bersama Faza.

Misal saat ia ingin minuman madu hangat kesukaannya, maka aku memintanya agar berbicara baik-baik, tidak sambil merengek. Dia kadang menurut kadang kelepasan merengek karena memintanya saat haus sekali setelah bermain mobil dorong di depan rumah.

Tantangan hari pertama di 1 Juni datang saat ketika sore, saat sedang sibuk menyiapkan hidangan buka puasa. Biyya (7 yo) dengan tidak sabar bolak balik membuka tutup kulkas sampai menumpahkan bumbu masak yang sudah diblender ke lantai.

Bumbu tersebut mengotori dinding kulkas hingga lantai. Suara gedubrak mangkok bumbu jatuh menarik perhatianku dan tentu saja tatapanku langsung fokus ke Biyya dan tumpahan bumbu.

Wah, spontan aku menarik nafas dan mengatur nervus facialis agar tenang dan menampilkan wajah sebijak mungkin. Biyya yang sedang tidak mood seperti tidak siap dengan apa yang harus dia tanggung setelah kejadian tersebut. Ia langsung cemberut dan berusaha lari ke kamar. Aku memanggilnya dengan suara yang datar “Biyya, tolong dibereskan lagi ya, Sayang!”

Biyya mulai ngambek dan merengek. Ia mengatakan “Bunda marah kan? Biyya nggak mau bereskan! Biyya capek!”

“Nggak baik bicara begitu. Biyya malah nggak lihat Bunda langsung pergi aja. Bunda nggak marah, lain kali hati-hati. ” setelah jeda, aku ulangi intruksi yang sama, “Biyya, tolong dibereskan lagi, ya!” Kali ini lebih lunak dari sebelumnya. Ia masih keukeh tidak mendekati tumpahan bumbu tersebut. Namun, sampai ia benar-benar datang, atau menyahut sungguh-sungguh panggilanku, aku akan terus mengulang intruksi dengan suara datar. “Biyya, tolong dibereskan.”

Aku ambil handphone untuk merekam video reaksi Biyya kali ini tapi Si Tengah ini kurang suka dan balik marah. “Okay, Bunda hapus tapi tolong bereskan lagi.” Kataku sambil merasa menyesal juga merekam aksinya tanpa izin.

Akhirnya dia datang sambil tersungut-sungut dan membereskan semua sampai tuntas. Dari dinding kulkas hingga lantai. Aku minta izin memotretnya saat sedang menuntaskan pekerjaannya. Biyya mengangguk setelah menyeka air matanya sisa marahnya tadi. Duuh, terima kasih Biyya sudah menjadi partner belajar Bunda yang sangat kooperatif sejak dulu.

 

Alhamdulillah sempat lari ke kamar sebentar ambil handphone dan foto TKP. Hihi
Biyya yang dengan sukarela dan sabar bertanggung jawab atas kecerobohan yang tak disengaja.

 

Seorang ibu disleksik yang senang membacakan buku untuk anak-anaknya: Akib, Biyya, Faza, dan Kareem. Pencinta bahasa Indonesia. Bisa dihubungi melalui surel medicus_84@yahoo.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *