my world

Cerita Kecil di Rumah Kami

Suatu sore Faza mengobrol dengan temannya di ruang utama rumah kami; ruang yang dipakai untuk menerima tamu, makan bersama, dan salat jemaah. Ruangan itu hanya disekat tembok dan daun pintu dengan kamar kami sehingga apa pun yang dibicarakan di sana terdengar begitu jelas, bahkan jika Faza menggahar satu stik es krim dengan kertas pasir, aku bisa mendengar suara gesekannya dengan baik.

Sahabat Faza mengajaknya mengaji sore di kompleks sebelah, dia berkata akan sangat senang kalau Faza juga ikut setiap sore, “Di sana ramai teman dan kata mamaku biayanya nggak mahal,” tambahnya persuasif.

“Faza nggak mau, Faza mau pahala mengajari Faza untuk Bunda saja, daripada dikasih untuk orang lain, kata Ustaz yang di pondok kemarin, lebih baik pahala mengajar itu untuk orang tua.”

Hingga sahabatnya pulang, belum ada keputusan dari Faza dan saat sahabatnya bertanya kepadaku, aku hanya menjawab nanti akan kami diskusikan lebih lanjut.

Ternyata Faza menyimak apa yang disampaikan Ustaz Aad saat kajian di KAHF Integrated School tempo hari: bahwa mengajarkan Al-Qur’an dan bacaan salat memiliki nilai pahala jariyah yang besar dan sayang sekali kalau orang tua menyia-nyiakan kesempatan ini. Itulah sebabnya Faza tidak ingin kesempatan baik untuk meraih pahala jariyah yang nilainya tinggi ini diberikan untuk selain bundanya.

Masyaallah, walau ada yang harus aku tambahkan dalam diskusi lanjutan dengan Faza, tapi aku tak menyangka dia turut menyimak kajian tempo hari.
“Terima kasih ya, Faza. Iya, selama ini kan sudah belajar Iqra dan bacaan salatnya dengan Bunda, tapi ilmu Bunda masih terbatas, jadi setelah Faza Al-Qur’an nanti, kita juga akan cari guru tahsin yang cocok. Ada banyak ilmu Allah, ilmu dunia dan akhirat yang dikaruniakan Allah pada orang-orang tertentu yang kita sebut dengan ‘alim (ulama) atau para ahli (maestro). Nanti juga Faza akan belajar pada mereka.”

Selama memilih jalur sekolah rumah untuk Faza, kami di dalam rumah ikut bersekolah dan belajar kembali dari bangun tidur hingga tidur lagi. Walau lebih sering terjadi hal-hal di luar ekspektasi dalam ‘ruang kelas’ kami, tetapi kami merasa bertumbuh dan ketika itu terjadi dalam keadaan kami yang sedang diberikan Allah untuk dapat berkumpul bersama, maka akan semakin terasa ikatan hati yang kami alami.

Celetukan Faza yang sering sekali terdengar unik dan lucu menjadi interpretasi nilai-nilai yang sering kami ajarkan di rumah, terkadang tidak melulu benar, tetapi dari sana kami jadi lekas sadar ketika khilaf dan bisa memperbaikinya dengan segera.

Semoga Allah senantiasa menjaga dan membimbing kami dalam mendidik dan membarengi anak-anak dan tidak mencederai fitrah yang telah ada dalam diri mereka.[]

Seorang ibu disleksik yang senang membacakan buku untuk anak-anaknya: Akib, Biyya, Faza, dan Kareem. Pencinta bahasa Indonesia. Bisa dihubungi melalui surel medicus_84@yahoo.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *